GUNUNG SEMERU DALAM NASKAH LONTAR TANTU PANGGELARAN



GUNUNG SEMERU DALAM NASKAH LONTAR TANTU PANGGELARAN

Rany Arvialita


Naskah Lontar
Alkisah bumi pernah gonjang-ganjing dan diceritakan kacau berat. Pulau Jawa konon belum mantap betul kedudukannya dan masih saja terombang-ambing di tengah samudra. Para dewa risau sekali melihatnya. Bathara Guru sang penguasa tunggal, lalu memerintahkan para dewa dan raksasa untuk memindahkan gunung tertinggi di India ke Jawa sebagai pemberat agar pulau itu berkedudukan tetap. Konon gunung itu bernama gunung Mahameru.
Dewa Wisnu menjelma menjadi kura-kura yang besar bukan main, lalu menggendong Mahameru. Dewa Brahma mengubah dirinya menjadi ular yang panjang sekali, lalu melilit gunung itu agar bisa ditarik. Para dewa dan raksasa bergotong-royong menyeretnya ke tanah Jawa.
Mula-mula gunung suci itu diletakkan di bagian barat pulau Jawa, tetapi ternyata bagian timur pulau itu malah terjungkit ke atas dan tampak tak seimbang. Ramai-ramai para dewa membopong gunung itu lagi dan meletakkan di bagian timurnya. Pulau Jawa terpancang teguh di tengah samudra. Tetapi gunung Mahameru yang diletakkan di sana ternyata miring ke utara lantaran terlalu berat. Para dewa kemudian memutuskan untuk  memotong ujungnya, lalu dibuang ke sebelah baratnya dan diberi nama gunung Pawitra.
Itu merupakan kisah lama yang ditulis seorang sastrawan tak dikenal dalam naskah lontar Tantu Panggelaran sekitar abad ke-16 pada jaman Majapahit. Orang-orang sekarang banyak yang percaya bahwa gunung Semeru di Jawa Timur adalah gunung suci dari India yang disebut-sebut dalam naskah kuno itu. Mereka lalu menunjuk pula gunung Penanggungan di sebelah baratnya sebagai potongan ujung Mahameru yang dalam naskah itu diberi nama Pawitra, karena bentuknya kerucut sempurna. Nama gunung Semeru rupanya diambil dari nama Mahameru, puncaknya pun bernama puncak Mahameru. Gunung tertinggi di pulau Jawa ini semakin persis dengan cerita dalam naskah kuno itu. Ini bukan cerita omong kosong tampaknya, sebab di kedua gunung itu ternyata memang banyak ditemukan kepurbakalaan Hindu.
Kisah lama tentang gunung Semeru menjadi menarik dengan ditemukannya dua situs prubakala disitu. Pertama adalah prasasti di Ranu Kumbolo. Inskripsi berhuruf dan berbahasa Jawa kuno ini diperkirakan berasal dari awal abad XIII atau akhir abad XII Masehi. Pembahasan singkat yang dilakukan atas prasasti ini menghasilkan interpretasi bahwa tulisan itu memperingati kunjungan Kameswara, seorang raja dari kerajaan Kediri yang berziarah ke sebuah pemandian suci. Diduga raja itu meninggalkan kerajaannya untuk bertapa disitu.
Dalam naskah Tantu Panggelaran, diceritakan pula bahwa gunung Semeru adalah tempat pertapaan Dewa Siwa. Untuk memperindah pertapaannya, diceritakan lagi bahwa Dewa Siwa telah membuat sebuah danau untuk pemandian. Apakah Ranu Kumbolo yang dimaksudkan dalam naskah kuno Tantu panggelaran sebagai pemandian itu?. Memang menarik mengait-ngaitkan cerita Tantu panggelaran dengan kehadiran prasasti di Ranu Kumbolo itu.
Kepurbakalaan yang kedua di gunung Semeru adalah ditemukannya dua buah arca. Arca ini sudah sulit dikenali saat ditemukan pada tahun 1984, karena kepala dan separuh badannya hilang. Tak bisa diperlihatkan ciri-ciri yang dapat memberi kesimpulan tentang wujud kedua arca itu. Tetapi mungkin posisi kedua arca itu sendiri akan sedikit membantu usaha mengidentifikasinya.
Kedua arca itu terletak di lereng utara kerucut mahameru. Wajahnya menghadap ke selatan. Setiap orang yang berhadapan dengan kedua arca itu, pandangannya pasti akan menatap puncak Mahameru. Puncak itu menurut Tantu panggelaran adalah tempat kediaman Dewa Siwa. Kalau begitu, mungkinkah kedua arca itu mewujudkan dewa Siwa dan istrinya? Tidak ada yang tahu. Tempat ditemukannya kedua arca kemudian itu dinamakan Recopodo dan biasa disebut Arcopodo yang artinya arca kembar.
Naskah Tantu Panggelaran ditulis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan etiologis (penyebab). Misalnya mengapa ada gempa bumi, mengapa ada gerhana matahari, dan mengapa ada gunung-gunung yang tersebar di pulau Jawa. Cerita yang menjawab pertanyaan-pertanyaan etiologis ini banyak di jawab dalam mitos-mitos tersebut.

Share:

0 komentar