ngobrol dgn bayangan Gie

Gie, rasa-rasanya perkataan filsuf yunani itu salah. bahwa nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan, karena nasib terbaik itu kita sendiri yang tentukan. tentunya kamu juga menentukan nasib terbaikmu sendiri Gie, dengan pergi ke Semeru. nasib terbaik itu relatif dan tak ada ukurannya Gie..
namun hari ini semuanya terasa pilu, hambar. aku bosan dengan semua pertanyaan-pertanyaan yang tak ada jawabannya. lampu-lampu jalan seakan sudah tak mau menerangiiku,  pohon pun tak menoleh ke arahku.
sepi, sendiri, dan terasing. meskipun begitu banyak orang disisi. mereka seolah tak punya indra untuk mendengar, melihat, dan merasa. begini kah rasanya terasing gie?
sungguh pandai kau gie, memilih nasib terbaik yang kedua. karena tak seorang pun yang merasakan tak pernah dilahirkan. aku sungguh tak ingin menjadi sepertimu gie, menjadi manusia bebas yang sendiri. apakah semua manusia bebas itu sendiri gie?
manusia bebas, yang bebas melakukan apa saja. tapi kenapa manusia bebas itu memikirkan orang lain gie?
yang mengaku dirinya bebas adalah, orang yang gelisah melihat keadaan sekitarnya..
sudahlah gie, aku ingin pergi tidur. hari ini aku begitu melankolis

Share:

1 komentar

  1. Gie, Tuhan menyelamatkanmu. Andai saja kau tidak mati muda, mungkin saja kau sama dengan orang2 seangkatanmu. mereka dulu yang kritis, yg setiap harinya bicara soal kebenaran dan kebaikan, kini mereka menjadi orang2 yang berpartisipasi merusak negeri ini. Kau dipanggil, disaat kau berada diranah paling idealismu. kau selamat Gie...

    "Berani menyatakah benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan." semoga prinsipmu itu bisa terus menjadi inspirasi hidupku. Bahwa tugas kita di dunia hanyalah menegakkan kebenaran dan berbagi kebaikan. Soal duit, jabatan, tahta, dan kenikmatan lainnya, hanya hampa semata. Hal-hal tadi berasal dari tiada dan akan menjadi tiada. Saya rindu sosok sepertimu. Soe Hok Gie...

    BalasHapus