Sulitnya Menggapai Puncak Merdeka


Bagi para pemanjat tebing, bisa menapakkan kaki di tebing sepikul adalah sebuah impian. Mengapa? karena tebing Sepikul tegolong big wall, terletak di desa Watu Agung, kecamatan Watu Limo, kabupaten Trenggalek, provinsi Jawa Timur. Pada tanggal 17-20 Mei 2012, tim pemanjat dari Mupalas mencoba melakukan pemanjatan ke salah satu tebing tertinggi di Jawa Timur ini. Nama tebing ini diambil dari kata “pikulan” yang sejarahnya adalah batu itu merupakan pikulan dari seorang begawan pewayangan yaitu Semar yang jatuh ke bumi dan membentuk sebuah gunung batu. 17 Mei 2012, tim yang beranggotakan 5 orang yaitu, Zaki, Sarwono, Nihla, Rany, dan Reni berangkat dari Surabaya menuju ke Trenggalek dengan menggunakan kereta api dan transit di mapala Himalaya IAIN tulung agung. Keesokan harinya tim bergegas menuju ke trenggalek, pada pukul 11:13 WIB tim sampai di posko pemanjatan.

Setelah beristirahat sejenak di posko untuk melepas lelah selama di perjalanan, tim mengurus perijinan terlebih dahulu di posko pemanjatan yang terletak sekitar 1 km dari lokasi pemanjatan. Perijinan cukup mengajukan surat permohonan ijin kepada kepala posko pemanjatan, ketua RT dan kepala Desa Watu Agung, Camat Watu Limo, dan Koramil setempat. Setelah perijinan beres, tim melakukan sosial petualang ke pengurus RT setempat dan mendapatkan beberapa informasi penting mengenai fasilitas umum yaitu, sumber air terdekat untuk masak dan minum dari lokasi pemanjatan adalah selang yang menghubungkan dengan rumah penduduk disekitar tebing. Sementara untuk pemenuhan kebutuhan makanan cukup jauh karena harus pergi ke pasar yang ada di daerah Durenan sekitar kurang lebih 10 km dari lokasi tebing. Namun di desa Watu Agung masih ada warung-warung kecil yang memang tidak selengkap di pasar. Untuk jalur kesehatan, rumah sakit terdekat ada di kota Trenggalek yang jaraknya sekitar 25 km. Tetapi untuk keadaan yang mendesak bisa di puskesmas Wates. Suhu disekitar tebing tidak terlalu dingin sekitar 15º - 20º C. Untuk basecamp bisa mendirikan tenda di bawah tebing yang berjarak sekitar 200 m dari lokasi pemanjatan. Bisa juga bermalam di posko pemanjatan.

Untuk mempersingkat waktu, tim bergegas menuju lokasi pemanjatan dan langsung melakukan orientasi medan. Jenis batuan pada tebing Sepikul termasuk batu andesit. Tinggi tebing kurang lebih 500 meter dengan lebar kurang lebih 150 meter. Jalur yang ada pada tebing Sepikul sebenarnya ada dua, namun yang terawat dan sering dipakai hanya satu. Yaitu jalur Merdeka yang biasanya dipakai untuk upacara pengibaran bendera setiap tanggal 17 Agustus oleh rekan-rekan pencinta alam, FPTI dan militer. Puncak jalur Merdeka kurang lebih 300 meter, pada jalur Merdeka mulai awal pemanjatan hingga puncak sudah terdapat pengaman paten berupa hanger yang jaraknya setiap 1-2 meter. Jalur Merdeka mempunyai 6 pitch, pitch pertama kurang lebih 45 m dengan 17 hanger. Jarak antar pitch kurang lebih 50 m. Sehingga jika ingin melanjutkan pemanjatan sampai pada puncak tebing maka harus menggunakan pengaman buatan. Sedangkan jalur satunya sudah tidak layak, kondisi hangernya sudah banyak yang berkarat dan rusak. Pada tebing ini jarang terdapat natural anchor atau pengaman alami, namun bukan berarti tidak ada. Sesekali dapat dijumpai lubang tembus dan rekahan pada tebing yang bisa digunakan sebagai pengaman alami dengan menggunakan Pyton, Chock Stoper, Chock Hexentik, dll. Sudut kemiringan tebing berkisar antara 85º - 90º.

Ketika sampai di lokasi pemanjatan, tim dikagetkan dengan sudah adanya tim yang melakukan pemanjatan. Rupanya dari Mahapena Universitas Negeri Jember. Setelah tahu jadwalnya bersamaan, tim dan perwakilan dari Mahapena mengatur jadwal pemanjatan sehingga bisa bergantian menggunakan jalur merdeka. Hari kedua tim hanya melakukan bouldering. Dihari ketiga, setelah mahapena selesai melakukan pemanjatan. Tim mulai mempersiapkan pemanjatan jalur merdeka, antara lain 3 buah tali kernmantel 50 m, 25 runner, 1 set chock stopper, 1 set chock friend, 1 set chock hexentrik, dll. Pukul 14:42 WIB tim memulai pemanjatan dengan sistem himalaya, setelah 4 jam melakukan pemanjatan tim sampai pada pitch 1. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 18:42, tim memutuskan untuk bermalam di pitch 1. Tidak lama kemudian hujan turun, rupanya cuaca kurang mendukung. Akhirnya tim memutuskan untuk turun dan melanjutkan pemanjatan keesokan hari.

Setelah lelap dalam pelukan malam, sepikul dengan perlahan mengerjap bangun. Puncaknya yang tertinggi dihampiri cahaya pertama matahari. Tidak banyak membuang waktu, tim langsung membagi personil dan mempersiapkan perlengkapan untuk melanjutkan pemanjatan. Rany sebagai leader, Zaki pemanjat kedua, Sarwono belayer, Reni dan Nihla sebagai perlengkapan. Setelah beberapa jam melakukan pemanjatan akhirnya tim berhasil mengibarkan nama Mupalas di ketinggian. Rasa haru tentunya meyelimuti, sebuah bentuk persembahan yang diperoleh dari sebuah perjuangan. Tak lama kemudian kabut mulai terlihat turun menyelimuti tebing. Sesegera mungkin tim pemanjat menuruni tebing dan menuju basecamp. Rasa syukur Alhamdulillah terus terucapkan kepada Allah, karena tim sudah diberikan kesempatan untuk kembali dengan selamat. Setelah mengecek semua kelengkapan alat, tim melanjutkan perjalanan pulang ke Himalaya dan keesokan harinya menuju ke sekretariat tercinta, Mupalas Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Share:

0 komentar