Catatan dari Mars

Semua yang kita dengar adalah pendapat dan semua yang kita lihat adalah sudut pandang, bukan kebenaran.

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
  • Beranda

Cinta Pertama: Sebuah Kenangan Masa SD

     Cinta pertamaku adalah teman sekelasku saat SD. Ia ketua kelas yang sering menjadi bahan candaan teman-teman kami. Mereka kerap menjodo...

    Cinta pertamaku adalah teman sekelasku saat SD. Ia ketua kelas yang sering menjadi bahan candaan teman-teman kami. Mereka kerap menjodohkan kami dengan menuliskan "aku cs dia" di kertas dan menaruhnya di meja kami, atau menuliskan di papan tulis saat istirahat. Di tahun 1999, istilah "cs" yang merupakan singkatan dari "cinta sejati" tengah populer untuk menjodohkan seseorang. Alasan teman-temanku sering menjodohkan kami adalah karena dia sering mengusikku. Ia menyembunyikan penggarisku, meledekku, dan melakukan hal iseng lainnya. Yang menarik, ia hanya bersikap seperti itu padaku, tidak pada semua perempuan di kelas.

    Sebelum dijodoh-jodohkan, kami biasa saja, namun sejak saat itu kami mulai risih dan menjauh satu sama lain. Aku menghindari berbicara atau mendekatinya, dan dia pun begitu. Setiap kali kami terlihat berbicara, teman-teman kami akan bersorak "cie". Lima tahun berlalu seperti itu, kami tak saling bertegur sapa hingga lulus SD. Awalnya aku tidak terlalu peduli, namun lama-kelamaan aku mulai tertarik padanya dan jatuh cinta. Dia tampan dan yang paling keren, dia adalah ketua kelas dari kelas 1 hingga 6. Karisma dan kepemimpinannya membuatnya tampak lebih keren di mataku. Dia bisa mengatur semua anak, bahkan yang paling bandel sekalipun.

    Sejujurnya, aku tidak terlalu ingat semua yang kami alami selama SD. Namun, ada beberapa kejadian yang masih teringat jelas: saat dia diam-diam membantuku menyapu kelas saat piket, memberikan contekan saat aku kesulitan mengerjakan tugas, dan mencarikan barangku yang hilang.

    Setelah lulus SD, kami melanjutkan ke SMP yang berbeda. Aku di SMP negeri dan dia di SMP swasta, namun lokasinya masih searah. Meskipun begitu, aku tetap mencintainya. Aku tidak pernah mengungkapkan perasaanku, namun aku yakin dia sadar. Saat di SMP, teman-temanku mulai tertarik pada cowok di sekolah kami, bahkan ada yang pacaran. Namun, aku tidak tertarik pada cowok di sekolahku. Aku bercerita kepada teman-temanku bahwa aku menyukai teman SD-ku, dan mereka kaget karena aku bisa menyukai seseorang selama itu.

    Suatu hari, saat pulang sekolah, aku dan temanku sedang jajan di depan sekolah sambil duduk dan ngobrol. Tiba-tiba ada suara yang memanggil namaku, "Rany!" Aku menoleh dan ternyata itu dia, mengayuh sepedanya sambil tersenyum ke arahku. Perasaanku kacau, aku gemetar hebat. Dia berlalu begitu saja, tanpa berhenti, dan aku hanya diam terperangah. Temanku langsung menepukku dan bertanya, "Siapa? Itu dia?" Aku masih terdiam dan gemetar. Setelah menenangkan diri, aku menjawab, "Ya, itu dia!" Temanku bersorak gembira, hatiku pun sama. Namun, aku juga merasa sedih karena harapanku untuk bersamanya menjadi lebih besar. Itu adalah terakhir kalinya aku bertemu dengannya saat SMP. Hingga lulus, aku tidak pernah berkomunikasi atau bertemu dengannya lagi, namun harapanku tetap sama.

    Saat SMA, aku bertemu dengan kakak kelasku yang ternyata tinggal satu lingkungan denganku dan mengenal beberapa teman SD-ku. Dari situ, aku menyambung komunikasi kembali dengan beberapa teman SD dan kami menjadwalkan reuni di rumah salah satu teman. Di sana, aku bertemu lagi dengannya, tetapi dia datang bersama pacarnya. Teman-teman SD-ku berceloteh seakan mengasihaniku karena aku belum pernah pacaran dan dianggap tidak bisa move on darinya.

    Reuni berikutnya terjadi saat aku sudah kuliah. Dia datang sendiri kali ini dan meminta nomor teleponku. Kami bertukar nomor dan dia bercerita bahwa dia sudah putus dengan pacarnya. Kami pun mulai berkomunikasi intens layaknya pasangan yang sedang PDKT. Akhirnya, dia mengungkapkan bahwa dulu saat SD, dia menyukaiku namun takut mendekat karena teman-teman selalu menyoraki kami. Aku pun mengungkapkan perasaanku. Dia memintaku untuk menjadi pacarnya, dan aku mengiyakan. Kami pernah reuni di rumah teman yang lokasinya cukup jauh, dan dia menjemputku dengan sepeda motor. Teman-teman kami yang sudah dewasa tidak seribut dulu melihat kami berdekatan, tetapi mereka belum tahu bahwa kami berpacaran.

    Namun, tak lama setelah itu, aku bercerita kepada salah satu teman SD bahwa aku berpacaran dengannya. Temanku langsung menanyakannya di depan banyak orang, dan dia menyangkal bahwa kami berpacaran, menyebut kami hanya teman. Temanku menuduhku berbohong dan menyebut dia mungkin malu mengakui di depan teman-teman. Aku sakit hati dan merasa dipermainkan. Akhirnya, aku menghubunginya dan memutuskan hubungan kami. Setelah memutuskan, hatiku malah merasa lega karena tidak lagi berambisi dengannya.

    Beberapa bulan kemudian, aku diberitahu bahwa dia akan menikah karena telah menghamili pacarnya yang masih SMA. Dia tidak mengundangku karena malu, hanya mengundang beberapa teman SD yang cowok. Dari situ, aku banyak merenung, betapa Allah sayang padaku. Ada saja cara-Nya menghindarkanku dari berbagai keburukan. Sebagai manusia, pengetahuan kita terbatas, sedangkan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Yakinlah dengan takdir-Nya, asalkan kita terus beribadah sesuai perintah-Nya dan berusaha maksimal. Aku yakin Dia tidak akan mencelakai hamba-Nya, karena Dia Maha Pengasih dan tak pernah pilih kasih.

Abstrak:

Jurnal ini mengkaji pengaruh politik, ekonomi, dan sosial yang membentuk kebijakan pendidikan global, dengan fokus utama pada penerimaan Human capital ideology dan konsumerisme dalam konteks pendidikan sebagai kunci pertumbuhan ekonomi. Human capital ideology menekankan peran pendidikan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang produktif, sementara konsumerisme menjadi pendorong utama ekonomi global. Jurnal ini membahas peran Organization for Economic Cooperation and Development, Bank Dunia, dan bisnis pendidikan global dalam mempengaruhi kebijakan pendidikan dan penyebaran Human capital ideology. Sebagai alternatif, Jurnal juga menyoroti paradigma pendidikan yang berfokus pada keberlanjutan dan kebahagiaan.

 Pendahuluan:

Terdapat tren meningkatnya keseragaman global dalam tujuan, organisasi, dan kurikulum pendidikan, yang didorong oleh penerimaan hampir universal terhadap Human capital ideology dan ekonomi konsumeris. Jurnal ini mengeksplorasi dukungan terhadap Human capital ideology dan konsumerisme oleh perusahaan multinasional, organisasi internasional seperti Bank Dunia dan Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan, serta perusahaan pendidikan multinasional. Selain itu, jurnal menggarisbawahi peran sistem pendidikan global dalam mempromosikan Bahasa Inggris sebagai bahasa dominan.

 Ideologi Pendidikan Global:

Globalisasi pendidikan merujuk pada serangkaian proses global yang mempengaruhi praktik dan kebijakan pendidikan lokal. Faktor-faktor seperti diskursus global tentang Human capital, pembangunan ekonomi, teknologi informasi dan komunikasi, serta peran organisasi internasional dan perusahaan multinasional memainkan peran penting dalam membentuk struktur pendidikan global.

Human capital  dan Konsumerisme:

Saat ini, ideologi pendidikan yang dominan adalah ekonomi Human capital dan konsumerisme. Pendidikan diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, dengan pendekatan yang menekankan persiapan siswa sebagai angkatan kerja yang dapat bersaing dalam pasar global. Ideologi ini memandang pendidikan sebagai bisnis yang harus menghasilkan keuntungan ekonomi, dengan penekanan pada standar pengukuran produktivitas.

Pendidikan Human capital juga terkait erat dengan konsumerisme, yang menjadi kekuatan penggerak ekonomi global. Pendidikan diarahkan untuk meningkatkan daya beli siswa, dengan iming-iming bahwa pendidikan yang lebih tinggi akan menghasilkan pendapatan yang lebih besar untuk konsumsi.

 Ideologi Konsumerisme:

Konsumerisme menempatkan penekanan pada konsumsi barang dan jasa sebagai jalan menuju kebahagiaan dan kemajuan individu. Meskipun banyak nilai agama menolak keinginan materialistik, ideologi konsumerisme terus menyebar secara global, didorong oleh pertumbuhan pasar dan globalisasi.

Globalisasi pendidikan telah memperkuat Human capital ideology dan konsumerisme, yang menempatkan pendidikan sebagai sarana untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan konsumsi yang lebih tinggi. Namun, munculnya paradigma pendidikan yang lebih berkelanjutan dan berorientasi pada kebahagiaan menawarkan alternatif yang menarik.

 Kritik terhadap Ideologi Pendidikan Human capital :

Salah satu kritik terhadap Human capital ideology adalah bahwa fokus pendidikan pada kebutuhan ekonomi mungkin tidak selalu sesuai dengan realitas pasar kerja. Penelitian menunjukkan bahwa tidak selalu ada cukup pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi, dan bahwa pemikiran pendidikan sebagai investasi ekonomi tidak selalu berdampak positif pada lulusan.

Kritikus juga menyoroti bahwa pengukuran produktivitas dalam pendidikan seringkali tidak memperhitungkan aspek-aspek kualitatif dari pembelajaran, dan bahwa pendekatan standar pengukuran dapat mengabaikan kebutuhan individual siswa.

Selain itu, kebijakan pendidikan global yang didorong oleh Human capital ideology dapat mengabaikan keberagaman budaya dan konteks lokal, mengarah pada homogenisasi pendidikan secara global.

 Bank Dunia dan Pendidikan Global:

Bank Dunia memainkan peran penting dalam mendukung pendidikan di negara-negara berkembang, dengan pendekatannya yang didasarkan pada keyakinan bahwa investasi dalam pendidikan adalah kunci untuk pembangunan ekonomi. Namun, pendekatan ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang komodifikasi pendidikan dan penetrasi pasar dalam sektor pendidikan global.

 Pengaruh Organisasi Global dalam Pendidikan:

Organisasi global seperti WTO telah membuka pintu bagi perdagangan bebas dalam layanan pendidikan, yang memungkinkan perusahaan pendidikan berorientasi keuntungan untuk memperluas operasi mereka secara global. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang penurunan keberagaman budaya dan pengaruh pasar dalam pendidikan.

 Garis Besarnya:

Globalisasi pendidikan telah membawa Human capital ideology dan konsumerisme ke dalam pusat perdebatan tentang peran pendidikan dalam masyarakat. Meskipun pendekatan ini menawarkan potensi pertumbuhan ekonomi, kritik-kritik mengenai dampaknya terhadap siswa, keberagaman budaya, dan pembangunan berkelanjutan menyoroti kompleksitas dan tantangan dalam menerapkan ideologi ini secara global. Mungkin saatnya bagi pendidikan global untuk memperhitungkan kepentingan siswa dan masyarakat secara lebih luas, dengan fokus pada keberlanjutan, keadilan, dan kebahagiaan.

 

Kesimpulan: Hidup Lama dan Bahagia (Kesimpulan asli dalam jurnal)

Human capital ideology mendominasi wacana pendidikan global. Human capital ideology mendukung kebijakan pendidikan yang akan memaksimalkan keuntungan bagi bisnis pendidikan. Human capital ideology mendukung perusahaan pengujian dan industri pendidikan bayangan karena penekanannya pada pengujian berbasis standar tinggi untuk mempromosikan dan menyortir siswa untuk karier dan pendidikan tinggi serta untuk mengevaluasi guru dan administrator sekolah. Dengan sekolah memberikan tekanan pengujian pada siswa, orang tua bersedia mengeluarkan uang ekstra untuk industri pendidikan bayangan. Akibatnya, sistem pendidikan bayangan dan perusahaan pengujian multinasional tertarik pada penerimaan masyarakat terhadap Human capital ideology dan legitimasi sistem sekolah yang didorong oleh penilaian.

Dalam Paradigma Baru untuk Sistem Sekolah Global:

Pendidikan untuk Hidup Lama dan Bahagia, saya telah menawarkan alternatif untuk fokus global saat ini pada pendidikan Human capital  dan konsumerisme. Saya mengusulkan bahwa kebijakan sekolah dievaluasi berdasarkan kontribusinya terhadap kondisi sosial yang memberikan kondisi untuk kebahagiaan dan umur panjang manusia daripada dinilai berdasarkan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi dan pendapatan. Ada banyak penelitian internasional tentang kondisi sosial yang mempromosikan kebahagiaan dan umur panjang. Karya saya mewakili satu upaya untuk mencoba mengubah pemikiran tentang kebijakan pendidikan.


Sumber:

Spring, J. (2012). Globalization of education. International Journal of Chinese Education, 1(2), 139-176. SAGE Journals.


Note:

Silahkan tulis pertanyaan atau insight di kolom komentar ya :)

Terima kasih.

Pembukaan

Pembawa Acara (MC):  

"Selamat pagi/siang/malam, Bapak/Ibu dan rekan-rekan semua. Salam sejahtera bagi kita semua. Selamat datang dalam acara perayaan ulang tahun ke-[XX] [Nama Perusahaan]. Saya [Nama MC], dengan senang hati akan memandu acara pada hari ini. Terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu dan rekan-rekan semua di acara yang istimewa ini.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita semua bisa berkumpul di sini dalam keadaan sehat walafiat. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini, kita akan merayakan ulang tahun [Nama Perusahaan] yang ke-[XX]. Semoga dengan bertambahnya usia perusahaan kita, kita semua dapat terus bekerja sama dan berkontribusi lebih baik lagi untuk mencapai tujuan bersama."

Susunan Acara

MC:  

Adapun susunan acara pada hari ini adalah sebagai berikut:

1. Pembukaan

2. Sambutan dari Direktur Utama [Nama Perusahaan]

3. Pemotongan Tumpeng/Kue Ulang Tahun

4. Doa Bersama

5. Hiburan

6. Penutup

Tanpa berlama-lama lagi, mari kita mulai acara ini dengan penuh semangat dan sukacita.


Sambutan Direktur Utama

MC:  

"Untuk mengawali acara kita pada hari ini, marilah kita dengarkan sambutan dari Direktur Utama [Nama Perusahaan]. Kepada Bapak/Ibu [Nama Direktur], kami persilakan."

(Sambutan Direktur Utama)

Pemotongan Tumpeng/Kue Ulang Tahun

MC:  

"Terima kasih kepada Bapak/Ibu [Nama Direktur] atas sambutannya. Selanjutnya, mari kita saksikan bersama prosesi pemotongan tumpeng/kue ulang tahun sebagai simbol rasa syukur kita atas perjalanan dan pencapaian yang telah diraih [Nama Perusahaan]. Kami undang kembali Bapak/Ibu [Nama Direktur] untuk memimpin prosesi ini."

(Pemotongan Tumpeng/Kue Ulang Tahun)


Doa Bersama

MC:  

"Sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, marilah kita menundukkan kepala sejenak untuk berdoa bersama. Doa akan dipimpin oleh Bapak/Ibu [Nama Pemimpin Doa]. Kepada Bapak/Ibu, kami persilakan."

(Doa Bersama)


Hiburan

MC:  

"Terima kasih kepada Bapak/Ibu [Nama Pemimpin Doa]. Kini saatnya kita menikmati hiburan yang telah disiapkan. Mari kita sambut penampilan dari [Nama Pengisi Acara/Grup Musik/Tari]."

(Hiburan)


Penutup

MC:  

"Demikianlah rangkaian acara perayaan ulang tahun ke-[XX] [Nama Perusahaan] pada hari ini. Terima kasih kepada Bapak/Ibu dan rekan-rekan semua yang telah hadir dan berpartisipasi. Semoga [Nama Perusahaan] terus berkembang dan sukses di masa yang akan datang. 

Kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan selama acara berlangsung. Sampai jumpa di acara-acara berikutnya. Selamat menikmati sisa hari ini, dan semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Terima kasih, dan selamat malam/siang/pagi!"


---


Semoga contoh teks di atas membantu dan acara ulang tahun perusahaan berjalan dengan lancar dan sukses!

Hai Knowledge Buddies!

Aku mau cerita nih tentang pengalaman ku telemedicine sama Dokter Mita dari klinik Mydervia.

Jadi, awalnya wajahku tiba-tiba penuh jerawat gede-gede. Makin parah lagi karena polusi udara semakin brutal, bikin jerawatku makin bandel. Udah coba konsultasi online ke klinik langganan aku di Surabaya, Klinik Larissa, tapi tetap aja nggak sembuh. Malah krim-nya bikin mukaku kebakar. Padahal dulu oke banget pake krim Larissa.

Akhirnya, aku coba konsultasi online sama Dokter Mita yang aku kenal dari Instagram. Dia sering banget nge-edukasi followers-nya soal masalah kulit. Nih, aku kasih tau IG-nya Dokter Mita!

Di bio IG-nya Dokter Mita ada link buat konsultasi online, dan aku bisa pilih mau ke Klinik Skindaily di Pekanbaru atau Mydervia di Jogja. Aku pilih Mydervia. Pertama, aku isi formulir lewat Google Form yang isinya data diri, keluhan, dan pilihan waktu buat telemedicine. Abis itu, bayar.

Setelah bayar, langsung dihubungi sama admin, dikasih tau soal aturan mainnya. Telemedicine-nya lewat video call WhatsApp sama tiga orang: admin, aku, dan Dokter Mita. Sebelum video call, aku siapin catatan buat cerita keluhan aku dan nanya-nanya, soalnya cuma dikasih 10 menit.

Nih aku kasi tau aturan telemedicine-nya dan biaya konsultasinya, cekidot!

Waktu telemedicine, Dokter Mita ngebahas detail keluhan aku dan ngasih rekomendasi obat. Setelah itu, admin kontak lagi buat atur resep, bayar, dan pengiriman. Kurang lebih begini ya proses telemedicine-nya, taaarrraaaa

Hasilnya, amazing banget! Aku dapet resep obat jerawat, pelembab, cream malam, sama antibiotik tablet. Cuma 3 hari pemakaian, jerawatku langsung kempes dan nggak ada yang muncul lagi. Cream-nya juga nyaman, nggak bikin muka perih sama sekali. Totally worth it deh!

Guys ini aku sensor ya nama obat dan krimnya, takutnya kalian ngawur asal beli yang abal-abal, Bahaya tau!
Nah ini untuk rincian biayanya, worth it sih karena krim ini lama habisnya dan super nyaman dipakai sehari-hari menerjang polusi! Oh iya, tapi jangan lupa sunscreen ya tiap mau pergi di pagi-sore hari.

Maaf ya, aku nggak punya foto waktu jerawat aku parah, soalnya waktu itu nggak PD sama sekali buat foto. Belum kepikiran juga buat share pengalaman aku.

Yuk, dicoba sendiri keajaiban dari Dokter Mita. Nggak bakal nyesel deh! 🌟

Eh maaf, kesembuhan dan keajaiban hanya milik Allah melalui perantara Dokter Mita. Thanks Knowledge Buddies!

Kalau ada pertanyaan langsung tulis di kolom komentar ya guys ^_^

Halo, Knowledge Buddies!

Siapa yang tidak menyukai kelezatan kimchi, sajian fermentasi khas Korea yang lezat dan menyehatkan? Tidak perlu khawatir, sekarang Anda bisa menciptakan kimchi sendiri di rumah dengan resep yang sederhana ini. Yuk, mari kita mulai!

Bahan-bahan:

- 1,5 kg sawi putih

- 1/2 cangkir garam kasar

- 1 sendok makan gula

- 1 sendok makan jahe parut

- 3 siung bawang putih, cincang halus

- 2 sendok makan ikan teri yang sudah dihaluskan (atau garam ikan)

- 3 sendok makan saus ikan (fish sauce)

- 2 sendok makan kecap ikan (soy sauce)

- 2 sendok makan cabai bubuk (atau sesuai selera)

- 2 sendok makan gula kelapa (atau gula pasir)

Langkah-langkah:

1. Persiapkan sawi putih:

   - Potong sawi putih menjadi potongan besar. Lumuri dengan garam kasar dan diamkan selama 1-2 jam.

2. Bumbu Kimchi:

   - Campur gula, jahe parut, bawang putih, ikan teri halus, saus ikan, kecap ikan, cabai bubuk, dan gula kelapa dalam mangkuk kecil.

3. Bilas sawi putih:

   - Bilas potongan sawi putih dengan air bersih untuk menghilangkan garam berlebih setelah proses fermentasi.

4. Campur Bumbu:

   - Campurkan potongan sawi putih dengan bumbu hingga merata.

5. Pindahkan ke Wadah Tertutup:

   - Pindahkan campuran ke dalam wadah yang bisa ditutup rapat dan tekan-tekan agar udara keluar.

6. Fermentasi:

   - Diamkan dalam suhu ruangan selama 1-3 hari, cicipi setiap hari untuk memeriksa tingkat fermentasinya.

7. Penyimpanan:

   - Setelah mencapai tingkat fermentasi yang diinginkan, simpan kimchi di dalam kulkas. Nikmati!


Dengan resep ini, Anda dapat menikmati kimchi buatan sendiri yang segar dan sesuai dengan selera Anda. Jangan lupa untuk berbagi pengalaman Anda dalam menciptakan hidangan khas Korea ini di bagian komentar.

Selamat mencoba, dan semoga Anda menikmati rasa autentik Korea di meja makan Anda!

Selamat datang, Knowledge Buddies!

Bagi pemula, memulai percakapan dalam bahasa Inggris mungkin terasa menantang, tetapi tak perlu khawatir. Berikut adalah beberapa tips sederhana yang akan membantu kamu dalam memperkenalkan diri dengan percaya diri.

  1. Salam Pembuka yang Ramah Mulailah dengan salam yang ramah, seperti "Hi" atau "Hello," diikuti dengan nama Anda. Contohnya, "Hi, I'm [Nama Anda]."

  2. Pertanyaan Sederhana Gantilah pertanyaan "How are you?" dengan variasi seperti "How's it going?" atau "What's up?" untuk memberikan kesan santai. Jawab dengan positif, seperti "I'm good, thank you."

  3. Pertanyaan Tentang Asal Orang sering tertarik dengan latar belakang. Katakan sesuatu seperti, "I'm from [Asal Anda]. How about you?" Ini bisa memulai percakapan yang lebih dalam.

  4. Hobi dan Kegemaran Bagikan hobi atau kegemaran Anda. Misalnya, "I love [Hobi Anda], it's my passion. What about you? Do you have any hobbies?"

  5. Pekerjaan atau Pendidikan Jelaskan sedikit tentang pekerjaan atau pendidikan Anda, seperti "I work/study in [Bidang Pekerjaan/Pendidikan Anda]." Ini membuka peluang untuk lebih memahami satu sama lain.

  6. Kata-kata Kunci Persiapkan beberapa kata kunci untuk membantu Anda berbicara lebih lancar. Misalnya, "Umumnya," "Sebenarnya," atau "Penting untuk dicatat bahwa..."

  7. Pertahankan Kontak Mata dan Senyum Sementara berbicara, pertahankan kontak mata dan berikan senyuman. Ini menciptakan koneksi positif.

  8. Latihan Bersama Berlatihlah dengan teman atau berbicara di depan cermin. Hal ini membantu meningkatkan rasa percaya diri.

  9. Pelajari Slang dan Idiom Pahami beberapa slang dan idiom umum. Ini akan membuat Anda terdengar lebih alami dan akrab dalam percakapan sehari-hari.

  10. Bersikap Terbuka terhadap Kesalahan Jangan takut membuat kesalahan. Orang-orang umumnya menghargai usaha Anda untuk berbicara dalam bahasa mereka.

Ingatlah, praktik membuat sempurna. Semakin sering Anda berlatih, semakin mudah Anda akan merasa. Jangan ragu untuk mengeksplorasi dan mengejar percakapan-pembelajaran. Good luck, and happy conversing, Knowledge Buddies!

Abstrak
The relationship of language and culture that are coordinated, there are two things to note. First, some say that the relationship of language and culture as conjoined twins, two closely related phenomena, such as the relationship between the side by side one another yag metal coin. So this argument saying the language and culture are two different phenomena, but the relationship is so close that it can not be separated. The second thing that is interesting in this is that there is a coordinated relationship yag highly controversial hypothesis, the hypothesis of two renowned linguist, namely Edward Sapir and Benjamin Lee Whorf. Within this hypothesis stated that language is not only to determine the pattern of culture, but also determine the manner and the way the human mind, and therefore influence the behavior follow. In other words, a nation whose language is different from other nations, will have shades of culture and different way of thinking.
In the life of people in Surabaya, refined Javanese (krama) is rarely used. In Surabaya-speaking communities use the typical Javanese dialect commonly known as boso Suroboyoan. Even the typical Surabaya performing arts, such as the play uses boso Suroboyoan ludruk. The Javanese are generally considered dialects Suroboyoan is the coarsest, but actually it shows assertiveness, straightforward and forthright. Attitude strings attached glorified Javanese, does not apply in life Arek Suroboyo. The purpose of this study to determine why the Javanese language Suroboyoan considered the coarsest and to determine the cause of the extinction of Javanese culture in the lives of people in Surabaya.

Keyword : Relationship of language and culture, Language and culture of Java, The language Surabaya.

A.    Pendahuluan
Bahasa cenderung terlibat dalam semua aspek kebudayaan, keadaan ini mengakibatkan hubungan antara bahasa dengan budaya terjadi sedemikian erat. Hal-hal yang dapat menjadi bukti hubungan diantara dua aspek tersebut misalnya : bahasa dapat digunakan sebagai sarana pengembang budaya, bahasa menjadi cermin dan wujud kebudayaan masyarakatnya, dan seseorang belajar budaya melalui bahasanya. Jelasnya secara filogenetik (hubungan jenis) bahasa adalah bagian atau unsur kebudayaan (Koentjaraningrat, 1985:2), namun secara ontogenetic (terjadinya dalam perorangan) justru sebaliknya, yaitu seseorang belajar budaya lewat bahasa.
Bahasa Jawa merupakan budaya lokal yang sudah selayaknya dilestarikan dan mendapat perhatian lebih dari generasi Suku Jawa. Hal itu dikarenakan bahasa Jawa sudah menjadi salah satu simbol jati diri Suku Jawa yang tidak akan dimiliki oleh budaya suku lain di Indonesia. Saat ini kebudayaan lokal tiap daerah sudah mulai pudar termasuk bahasa Jawa, ini disebabkan semakin minimnya pengguna bahasa Jawa di Pulau Jawa. Akibatnya semakin banyak generasi Suku Jawa yang kehilangan identitasnya, yaitu tidak bisa berbahasa Jawa dengan baik dan benar. Tuntutan era globalisasi memposisikan bahasa Jawa dipandang sebelah mata oleh generasi Suku Jawa. Oleh karena itu hal ini juga berdampak pada memudarnya etika sopan santun dalam budaya Jawa.
Dalam kehidupan masyarakat Surabaya, bahasa Jawa halus (krama) sudah jarang dipakai. Dalam berbahasa masyarakat Surabaya menggunakan dialek khas bahasa Jawa yang biasa dikenal dengan boso Suroboyoan. Bahkan pertunjukkan kesenian khas Surabaya, seperti ludruk pementasannya menggunakan boso Suroboyoan. Orang Jawa pada umumnya menganggap dialek Suroboyoan adalah yang terkasar, namun sebenarnya itu menujukkan sikap tegas, lugas, dan terus terang. Sikap basa basi yang diagung-agungkan orang Jawa, tidak berlaku dalam kehidupan Arek Suroboyo. Budaya Jawa sekarang sudah tidak diminati oleh masyarakat Surabaya, contohnya pementasan ludruk jarang sekali ditemui. Padahal ludruk menjadi budaya khas Surabaya.
Dalam penelitian ini, penulis menemukan beberapa masalah. Yang pertama, mengapa bahasa Suroboyoan dianggap bahasa Jawa yang terkasar?. Yang kedua, apa penyebab punahnya budaya Jawa dalam kehidupan masyarakat Surabaya?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan bahasa Suroboyoan dianggap bahasa Jawa yang terkasar dan untuk mengetahui penyebab punahnya budaya Jawa dalam kehidupan masyarakat Surabaya.

B.     Teori
Ada berbagai teori megenai hubungan bahasa dan kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat bahwa bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif, dimana bahasa berada di bawah lingkup kebudayaan. Namun, ini bukanlah satu-satunya kosep yang ada dibicarakan orang. Sebab disamping itu ada pendapat lain yang menyatakan bahwa bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan koordinatif, yakni hubungan yang sederajat, yang kedudukannya sama tinggi. Masinambouw (1985) menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Kalau kebudayaan itu adalah satu sistem yang mengatur interaksi manusia didalam masyarakat, maka bahasa adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu.
Mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan yang bersifat koordinatif, ada dua hal yang perlu dicatat. Pertama, ada yang mengatakan hubungan bahasa dan budaya itu seperti anak kembar siam, dua buah fenomena yang terkait erat, seperti hubungan antara sisi yang satu dengan sisi yag lain pada sekeping mata uang logam. Jadi pendapat ini mengatakan bahasa dan budaya merupakan dua fenomena yang berbeda, tetapi hubungannya sangat erat sehingga tidak dapat dipisahkan. Hal kedua yang menarik dalam hubungan koordinatif ini adalah adanya hipotesis yag sangat kontroversial, yaitu hipotesis dari dua pakar linguistik ternama, yakni Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf. Karena itu hipotesis ini dikenal dengan nama Sapir-Whorf, dan lazim juga disebut relativitas bahasa. Didalam hipotesis ini dikemukakan bahwa bahasa bukan hanya menentukan corak budaya, tetapi juga menentukan cara dan jalan pikiran manusia, oleh karena itu mempengaruhi pula tindak lakunya. Dengan kata lain, suatu bangsa yang berbeda bahasanya dari bangsa lain, akan mempunyai corak budaya dan jalan pikiran yang berbeda pula. Jadi, perbedaan-perbedaan budaya dan jalan pikiran manusia itu bersumber dari perbedaan bahasa, atau tanpa adanya bahasa manusia tidak mempunyai pikiran sama sekali.

C.    Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif tentang hubungan bahasa dan budaya Jawa dalam masyarakat Surabaya. Penelitian ini mengkaji penyebab punahnya bahasa Jawa dalam masyarakat Surabaya, juga mengulas anggapan bahwa bahasa Suroboyoan adalah bahasa Jawa yang terkasar.
Penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara karena objek yang diteliti diperoleh saat interaksi antar warga dan data mengenai bahasa Suroboyoan dan budaya Jawa diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dengan warga kampung Gading Karya I Surabaya.
a.       Metode observasi
Menurut Djojosuroto dkk. (2004:46) “Metode observasi digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian yang merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya sesuatu rangsangan tertentu yang diinginkan, atau suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan/fenomena sosial dan gejala-gejala dengan jalan mengamati dan mencatat”.Metode ini juga digunakan dalam suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan/fenomena sosial dan gejala-gejala dengan mengamati.
b.        Metode Wawancara
Dalam pengumpulan data, peneliti juga menggunakan metode wawancara mengenai bahasa dan budaya dalam masyarakat Surabaya. “Wawancara adalah dialog (tanya-jawab) yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai” (Djojosuroto dkk, 2004:46). Dalam penelitian ini peneliti memilih wawancara tidak berstuktur. Wawancara tidak terstuktur adalah wawancara secara bebas, yakni peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara tidak terstuktur ini digunakan agar memperoleh data atau jawaban dari responden secara mendalam dan sesuai dengan data yang diharapkan peneliti. Sehubungan dengan pengertian tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai orang yang memberikan pertanyaan yang di sebut pewawancara, sedangkan informan dalam hal ini adalah guru yang berperan sebagi orang yang memberi jawaban atas pertanyaan yang di berikan oleh peneliti.

D.    Pembahasan
1.      Bahasa Surabaya dianggap bahasa Jawa yang terkasar
Dialek Surabaya atau lebih sering dikenal sebagai bahasa Suroboyoan adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang dituturkan di Surabaya dan sekitarnya. Dialek ini berkembang dan digunakan oleh sebagian masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Secara struktural bahasa, bahasa Suroboyoan dapat dikatakan sebagai bahasa paling kasar. Meskipun demikian, bahasa dengan tingkatan yang lebih halus masih dipakai oleh beberapa orang Surabaya, sebagai bentuk penghormatan atas orang lain. Namun demikian penggunaan bahasa Jawa halus (madya sampai krama) di kalangan orang-orang Surabaya kebanyakan tidaklah sehalus di Jawa Tengah terutama Yogyakarta dan Surakarta dengan banyak mencampurkan kata sehari-hari yang lebih kasar.
a.         Penggunaan bahasa Surabaya
Batas wilayah penggunaan dialek Suroboyoan diperkirakan sampai wilayah :
·       Wilayah Selatan
Perak (Kab. Jombang - bukan Tanjung Perak di Surabaya).
Wilayah Perak Utara masih menggunakan Dialek Surabaya, sementara Perak Selatan telah menggunakan Dialek Kulonan.
Malang (beberapa daerah di wilayah Kabupaten dan Kota Malang juga menggunakan dialek ini)
·       Wilayah Utara
Madura
Beberapa orang Madura dapat menggunakan Dialek ini secara aktif.
·       Wilayah Barat
Wilayah Gresik , Wilayah Lamongan
·       Wilayah Timur
Belum diketahui secara pasti, namun di sepanjang pesisir tengah Jawa Timur (Pasuruan, Probolinggo sampai Banyuwangi) Dialek ini juga banyak digunakan.
Akhir-akhir ini, banyak media lokal yang menggunakan dialek Surabaya sebagai bahasa pengantar mereka.
Orang Surabaya lebih sering menggunakan partikel "rek" sebagai ciri khas mereka. Partikel ini berasal dari kata "arek", yang dalam dialek Surabaya menggantikan kata "bocah" (anak) dalam bahasa Jawa standar. Partikel lain adalah "seh" (e dibaca seperti e dalam kata edan), yang dlam bahasa Indonesia setara dengan partikel "sih".
Orang Surabaya juga sering mengucapkan kata "titip" secara /tetep/, dengan i diucapkan seperti /e/ dalam kata "edan"; dan kata "tutup" secara /totop/ dengan u diucapkan seperti /o/ dalam kata "soto". Selain itu, vokal terbuka sering dibuat hambat, seperti misalnya: "kaya" (=seperti) lebih banyak diucapkan /k@y@?/ daripada /k@y@/, kata "isa" (=bisa) sering diucapkan /is@?/ daripada /is@/.

b.      Kosa kata
Beberapa kosa kata khas Suroboyoan :
·       "Pongor, Gibeng, Santap, Waso (istilah untuk Pukul atau Hantam);
·       "kathuken" berarti "kedinginan" (bahasa Jawa standar: kademen);
·       "gurung" berarti "belum" (bahasa Jawa standar: durung);
·       "gudhuk" berarti "bukan" (bahasa Jawa standar: dudu);
·       "deleh" berarti "taruh/letak" (delehen=letakkan) (bahasa Jawa standar: dekek);
·       "kek" berarti "beri" (kek'ono=berilah) (bahasa Jawa standar: wenehi);
·       "ae" berarti "saja" (bahasa Jawa standar: wae);
·       "gak" berarti "tidak" (bahasa Jawa standar: ora);
·       "arek" berarti "anak" (bahasa Jawa standar: bocah);
·       "kate/kape" berarti "akan" (bahasa Jawa standar: arep);
·       "lapo" berarti "sedang apa" atau "ngapain" (bahasa Jawa standar: ngopo);
·       "opo'o" berarti "mengapa" (bahasa Jawa standar: kenopo);
·       "soale" berarti "karena" (bahasa Jawa standar: kerono);
·       "atik" (diucapkan "atek") berarti "pakai" atau "boleh" (khusus dalam kalimat"gak atik!" yang artinya "tidak boleh");
·       "longor/peleh" berarti "tolol" (bahasa Jawa standar: goblok/ndhableg);
·       "cek" ("e" diucapkan seperti kata "sore") berarti "agar/supaya" (bahasa Jawa standar: ben/supados);
·       "gocik" berarti "takut/pengecut" (bahasa Jawa standar: jireh);
·       "mbadok" berarti "makan" (sangat kasar) (bahasa Jawa standar: mangan);
·       "ciamik soro/mantab jaya" berarti "enak luar biasa" (bahasa Jawa standar: enak pol/enak banget);
·       "rusuh" berarti "kotor" (bahasa Jawa standar: reged);
·       "gae" berarti "pakai/untuk/buat" (bahasa Jawa standar: pakai/untuk=kanggo, buat=gawe);
·       "andhok" berarti "makan di tempat selain rumah" (misal warung);
·       "cangkruk" berarti "nongkrong";
·       "babah" berarti "biar/masa bodoh";
·       "matek" berarti "mati" (bahasa Jawa standar: mati);
·       "sampek/sampik" berarti "sampai" (bahasa Jawa standar: nganti);
·       "barekan" berarti "lagipula";
·       "masiyo" berarti "walaupun";
·       "nang/nak" berarti "ke" atau terkadang juga "di" (bahasa Jawa standar: menyang);
·       "mari" berarti "selesai";(bahasa Jawa standar: rampung); acapkali dituturkan sebagai kesatuan dalam pertanyaan "wis mari tah?" yang berarti "sudah selesai kah?" Pengertian ini sangat berbeda dengan "mari" dalam Bahasa Jawa Standar. Selain petutur Dialek Suroboyoan, "mari" berarti "sembuh"
·       "mene" berarti "besok" (bahasa Jawa standar: sesuk);
·       "maeng" berarti tadi.
·       "koen" (diucapkan "kon") berarti "kamu" (bahasa Jawa standar: kowe). Kadangkala sebagai pengganti "koen", kata "awakmu" juga digunakan. Misalnya "awakmu wis mangan ta?" (Kamu sudah makan kah?") Dalam bahasa Jawa standar, awakmu berarti "badanmu" (awak = badan)
·       "lading" berarti "pisau" (bahasa Jawa standar: peso);
·       "lugur" berarti "jatuh" (bahasa Jawa standar: tiba);
·       "dhukur" berarti "tinggi" (bahasa Jawa standar: dhuwur);
·       "thithik" berarti "sedikit" (bahasa Jawa standar: sithik);
·       "temen" berarti "sangat" (bahasa Jawa standar: banget);
·       "pancet" berarti "tetap sama" ((bahasa Jawa standar: tetep);
·       "iwak" berarti "lauk" (bahasa Jawa standar: lawuh, "iwak" yang dimaksud disini adalah lauk-pauk pendamping nasi ketika makan, "mangan karo iwak tempe", artinya Makan dengan lauk tempe, dan bukanlah ikan (iwak) yang berbentuk seperti tempe);
·       "engkuk" (u diucapkan o) berarti "nanti" (bahasa Jawa standar: mengko);
·       "ndhek" berarti "di" (bahasa Jawa standar: "ing" atau "ning"; dalam bahasa Jawa standar, kata "ndhek" digunakan untuk makna "pada waktu tadi", seperti dalam kata "ndhek esuk" (=tadi pagi),"ndhek wingi" (=kemarin));
·       "nontok" lebih banyak dipakai daripada "nonton";
·       "yok opo" (diucapkan /y@?@p@/) berarti "bagaimana" (bahasa Jawa standar: "piye" atau *"kepiye"; sebenarnya kata "yok opo" berasal dari kata "kaya apa" yang dalam bahasa Jawa standar berarti "seperti apa")
·       "peno"/sampeyan (diucapkan pe n@; samp[e]yan dengan huruf e seperti pengucapan kata meja) artinya kamu
·       "jancuk" ialah kata kurang ajar yang sering dipakai seperti "fuck" dalam bahasa Inggris; merupakan singkatan dari bentuk pasif "diancuk"; variasi yang lebih kasar ialah "mbokmu goblok"; oleh anak muda sering dipakai sebagai bumbu percakapan marah
·       "waras" ialah sembuh dari sakit (dlm bahasa jawa tengah sembuh dari penyakit jiwa)
·       "embong" ialah jalan besar / jalan raya
·       "nyelang" arinya pinjam sesuatu
·       "parek/carek" artinya dekat
·       "ndingkik" artinya mengintip
·       "semlohe" artinya sexy (khusus untuk perempuan)
"jancuk" dari kata 'dancuk' dan turunan dari 'diancuk' dan turunan dari 'diencuk' yg artinya 'disetubuhi' ('dientot' bahasa betawinya). Orang Jawa (golongan Mataraman) pada umumnya menganggap dialek Suroboyoan adalah yang terkasar, namun sebenarnya itu menujukkan sikap tegas, lugas, dan terus terang. Sikap basa basi yang diagung-agungkan Wong Jawa, tidak berlaku dalam kehidupan Arek Suroboyo. Misalnya dalam berbicara, Wong Jawa menekankan tidak boleh memandang mata lawan bicara yang lebih tua atau yang dituakan atau pemimpin, karena dianggap tidak sopan. Tapi dalam budaya Arek Suroboyo, hal tersebut menandakan bahwa orang tersebut sejatinya pengecut, karena tidak berani memandang mata lawan bicara. Tapi kata jancuk juga dapat diartikan sebagai tanda persahabatan. Arek-arek Suroboyo apabila telah lama tidak bertemu dengan sahabatnya jika bertemu kembali pasti ada kata jancuk yang terucap, contoh: "Jancuk piye khabare rek suwi gak ketemu!" Jancuk juga merupakan tanda seberapa dekatnya Arek Suroboyo dengan temannya yang ditandai apabila ketika kata jancuk diucapkan obrolan akan semakin hangat. Contoh: "Yo gak ngunu cuk critane matamu mosok mbalon gak mbayar".
Selain itu, sering pula ada kebiasaan di kalangan penutur dialek Surabaya, dalam mengekspresikan kata 'sangat', mereka menggunakan penekanan pada kata dasarnya tanpa menambahkan kata sangat (bangat atau temen) dengan menambahkan vokal "u", misalnya "sangat panas" sering diucapkan "puanas", "sangat pedas" diucapkan "puedhes", "sangat enak" diucapkan "suedhep". Apabila ingin diberikan penekanan yang lebih lagi, vokal "u" dapat ditambah.
·       Hawane puanas (udaranya panas sekali)
·       Sambele iku puuuedhes (sambal itu sangat sangat pedas sekali)
Selain itu. salah satu ciri lain dari bahasa Jawa dialek Surabaya, dalam memberikan perintah menggunakan kata kerja, kata yang bersangkutan direkatkan dengan akhiran -no. Dalam bahasa Jawa standar, biasanya direkatkan akhiran -ke
·       "Uripno (Jawa standar: urip-ke) lampune!" (Hidupkan lampunya!)
   "Tukokno (Jawa standar: tukok-ke) kopi sakbungkus!" (Belikan kopi sebungkus!)

c.       Perbedaan
Perbedaan antara bahasa Jawa standar dengan bahasa Jawa Surabaya tampak sangat jelas berbeda dalam beberapa kalimat dan ekspresi seperti berikut :
·       Bahasa Jawa Surabaya : He yo'opo kabare rek?
·       Bahasa Jawa standar  : Piye kabare cah?
·       Bahasa Indonesia  : Apa kabar kawan?

·       Bahasa Jawa Surabaya : Rek, koen gak mangan a?
·       Bahasa Jawa standar  : Cah, kowe ra podho maem to?
·       Bahasa Indonesia  : Kalian tidak makan?

·       Bahasa Jawa Surabaya : Ton(nama orang), celukno Ida(nama orang) po'o
·       Bahasa Jawa standar  : Ton, undangke Ida
·       Bahasa Indonesia  : Ton, panggilkan Ida dong

Mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan, ada dua hal yang perlu dicatat. Pertama, ada yang mengatakan hubungan bahasa dan budaya itu seperti anak kembar siam, dua buah fenomena yang terkait erat, seperti hubungan antara sisi yang satu dengan sisi yag lain pada sekeping mata uang logam. Jadi pendapat ini mengatakan bahasa dan budaya merupakan dua fenomena yang berbeda, tetapi hubungannya sangat erat sehingga tidak dapat dipisahkan. Hal kedua yang menarik dalam hubungan koordinatif ini adalah adanya hipotesis yag sangat kontroversial, yaitu hipotesis dari dua pakar linguistik ternama, yakni Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf. Karena itu hipotesis ini dikenal dengan nama Sapir-Whorf, dan lazim juga disebut relativitas bahasa. Didalam hipotesis ini dikemukakan bahwa bahasa bukan hanya menentukan corak budaya, tetapi juga menentukan cara dan jalan pikiran manusia, oleh karena itu mempengaruhi pula tindak lakunya. Dengan kata lain, suatu bangsa yang berbeda bahasanya dari bangsa lain, akan mempunyai corak budaya dan jalan pikiran yang berbeda pula. Jadi, perbedaan-perbedaan budaya dan jalan pikiran manusia itu bersumber dari perbedaan bahasa, atau tanpa adanya bahasa manusia tidak mempunyai pikiran sama sekali.
Subyek penelitian ini adalah warga Gading Karya I Surabaya yaitu sebanyak 52 kepala keluarga. Penelitian ini dilakukan di Gading Karya I, RT.04 RW.07, kelurahan Gading, kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya.
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan data, agar kegiatan tersebut berjalan dengan sistematis (Djojosuroto dkk, 2004:46). Pemilihan instrument adalah untuk mendukung pengguanaan metode dalampengumpulan data. Semua dalam penelitian ini disiapkan dan dirancang denagan matang untuk mendapakan data yang mendukung penelitian ini. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a.         Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mencari informasi-informasi dari warga Gading Karya I Surabaya.
b.      Pedoman observasi berupa lembar panduan observasi yang digunakan untuk mencari data melalui observasi. Observasi dilakukan pada saat terjadinya interaksi antar warga.
Analisis data adalah sebagai bagian dari proses penyajian data yang hasilnya digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik kesimpulan penelitian (Arikunto,1993:19)
Menurut Bogdan (1982) dalam Sugiyono (2007:88) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Menurut Miles dan Hubeman (1982) dalam Sugiyono (2007:91) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga data sudah jenuh.
Adapun langkah-langkah teknis analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Menurut Sugiyono (2007:92). Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan megorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.
Cara mereduksi data :
-          Menyeleksi data
-          Meringkas data
-          Menggolongkan data
2.      Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data. Menurut Sugiyono (2007:95). Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif berdasarkan catatan di lapangan.
3.      Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Hubeman dalam Sugiyono (2007:99) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus selama berada di lapangan. Kesimpulan-kesimpulan itu juga terus diverifikasi peneliti selama penelitian itu berlangsung, dengan cara :
-          Memikir ulang selama penulisan.
-          Tinjauan ulang catatan lapangan.
-          Tinjauan kembali dan tukar pikiran antar teman.

Simpulan
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa bukan hanya menentukan corak budaya, tetapi juga menentukan cara dan jalan pikiran manusia, oleh karena itu mempengaruhi pula tindak lakunya. Dengan kata lain, suatu bangsa yang berbeda bahasanya dari bangsa lain, akan mempunyai corak budaya dan jalan pikiran yang berbeda pula. Jadi, perbedaan-perbedaan budaya dan jalan pikiran manusia itu bersumber dari perbedaan bahasa, atau tanpa adanya bahasa manusia tidak mempunyai pikiran sama sekali. 
Dialek Surabaya atau lebih sering dikenal sebagai bahasa Suroboyoan adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang dituturkan di Surabaya dan sekitarnya. Dialek ini berkembang dan digunakan oleh sebagian masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Secara struktural bahasa, bahasa Suroboyoan dapat dikatakan sebagai bahasa paling kasar. Meskipun demikian, bahasa dengan tingkatan yang lebih halus masih dipakai oleh beberapa orang Surabaya, sebagai bentuk penghormatan atas orang lain. Namun demikian penggunaan bahasa Jawa halus (madya sampai krama) di kalangan orang-orang Surabaya kebanyakan tidaklah sehalus di Jawa Tengah terutama Yogyakarta dan Surakarta dengan banyak mencampurkan kata sehari-hari yang lebih kasar.
Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR

Rany Dos Santos Aveiro

Buat Lencana Anda

Follow us

POPULAR POSTS

  • Contoh Teks Pembawa Acara (MC) dalam acara Ulang Tahun Perusahaan
    Pembukaan Pembawa Acara (MC):   "Selamat pagi/siang/malam, Bapak/Ibu dan rekan-rekan semua. Salam sejahtera bagi kita semua. Selamat da...
  • Bye-bye Jerawat! Pengalaman Telemedicine Bareng Dokter Mita di Klinik Mydervia
    Hai Knowledge Buddies! Aku mau cerita nih tentang pengalaman ku telemedicine sama Dokter Mita dari klinik Mydervia. Jadi, awalnya wajahku ti...
  • Rangkuman Jurnal Globalization of Education oleh Joel Spring
    Abstrak: Jurnal ini mengkaji pengaruh politik, ekonomi, dan sosial yang membentuk kebijakan pendidikan global, dengan fokus utama pada pener...
  • Bahasa dan budaya Jawa pada masyarakat Surabaya
    Abstrak The relationship of language and culture that are coordinated , there are two things to note . First, some say that th...
  • Sulitnya Menggapai Puncak Merdeka
    Bagi para pemanjat tebing, bisa menapakkan kaki di tebing sepikul adalah sebuah impian. Mengapa? karena tebing Sepikul tegolong big w...
  • Cinta Pertama: Sebuah Kenangan Masa SD
         Cinta pertamaku adalah teman sekelasku saat SD. Ia ketua kelas yang sering menjadi bahan candaan teman-teman kami. Mereka kerap menjodo...
  • Memperkenalkan Diri dalam Bahasa Inggris: Tips untuk Pemula!
    Selamat datang, Knowledge Buddies! Bagi pemula, memulai percakapan dalam bahasa Inggris mungkin terasa menantang, tetapi tak perlu khawatir....
  • teks pembawa acara peringatan hari kartini
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarakaatuh Yang terhormat ibu walikota Surabaya Yang terhormat ibu wakil rektor III Univers...
  • 22-04-2013
    setiap wanita pasti ingin diperjuangkan dan diperlakukan spesial. sehingga ia merasa dirinya yang paling dicintai dan satu-satunya. kadang ...
  • 14.38 WIB
    Dan bila kau harus pergi Jauh dan takkan kembali Ku akan merelakanmu bila kau bahagia Selamanya di sana walau tanpaku Ku akan mengerti c...

Categories

  • aktivitas 2
  • berita 3
  • curhatan 4
  • English Time 1

Advertisement

Blog Stats

Blog Archive

  • ▼  2024 (3)
    • ▼  Mei (3)
      • Cinta Pertama: Sebuah Kenangan Masa SD
      • Rangkuman Jurnal Globalization of Education oleh J...
      • Contoh Teks Pembawa Acara (MC) dalam acara Ulang T...
  • ►  2023 (3)
    • ►  Desember (3)
  • ►  2014 (2)
    • ►  November (2)
  • ►  2013 (9)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (4)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2012 (2)
    • ►  September (2)

Label List

  • aktivitas (2)
  • berita (3)
  • curhatan (4)
  • English Time (1)

Laporkan Penyalahgunaan

FOLLOW US @ INSTAGRAM

About Me

Popular Posts

  • Contoh Teks Pembawa Acara (MC) dalam acara Ulang Tahun Perusahaan
    Pembukaan Pembawa Acara (MC):   "Selamat pagi/siang/malam, Bapak/Ibu dan rekan-rekan semua. Salam sejahtera bagi kita semua. Selamat da...
  • Bye-bye Jerawat! Pengalaman Telemedicine Bareng Dokter Mita di Klinik Mydervia
    Hai Knowledge Buddies! Aku mau cerita nih tentang pengalaman ku telemedicine sama Dokter Mita dari klinik Mydervia. Jadi, awalnya wajahku ti...

Advertisement

Copyright © 2016 Catatan dari Mars. Created by OddThemes