Rangkuman Jurnal Globalization of Education oleh Joel Spring
Abstrak:
Jurnal ini mengkaji pengaruh politik, ekonomi, dan sosial yang
membentuk kebijakan pendidikan global, dengan fokus utama pada penerimaan
Human capital ideology dan konsumerisme dalam konteks pendidikan sebagai kunci
pertumbuhan ekonomi. Human capital ideology menekankan peran pendidikan dalam
menghasilkan sumber daya manusia yang produktif, sementara konsumerisme menjadi
pendorong utama ekonomi global. Jurnal ini membahas peran Organization for Economic Cooperation and Development, Bank Dunia, dan bisnis pendidikan global dalam
mempengaruhi kebijakan pendidikan dan penyebaran Human capital ideology.
Sebagai alternatif, Jurnal juga menyoroti paradigma pendidikan yang berfokus
pada keberlanjutan dan kebahagiaan.
Terdapat tren meningkatnya keseragaman global dalam tujuan,
organisasi, dan kurikulum pendidikan, yang didorong oleh penerimaan hampir
universal terhadap Human capital ideology dan ekonomi konsumeris. Jurnal ini
mengeksplorasi dukungan terhadap Human capital ideology dan konsumerisme oleh
perusahaan multinasional, organisasi internasional seperti Bank Dunia dan
Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan, serta perusahaan pendidikan
multinasional. Selain itu, jurnal menggarisbawahi peran sistem pendidikan
global dalam mempromosikan Bahasa Inggris sebagai bahasa dominan.
Globalisasi pendidikan merujuk pada serangkaian proses global yang
mempengaruhi praktik dan kebijakan pendidikan lokal. Faktor-faktor seperti
diskursus global tentang Human capital, pembangunan ekonomi, teknologi
informasi dan komunikasi, serta peran organisasi internasional dan perusahaan
multinasional memainkan peran penting dalam membentuk struktur pendidikan
global.
Human capital dan Konsumerisme:
Saat ini, ideologi pendidikan yang dominan adalah ekonomi Human capital dan konsumerisme. Pendidikan diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, dengan pendekatan yang menekankan persiapan siswa sebagai angkatan kerja yang dapat bersaing dalam pasar global. Ideologi ini memandang pendidikan sebagai bisnis yang harus menghasilkan keuntungan ekonomi, dengan penekanan pada standar pengukuran produktivitas.
Pendidikan Human capital juga terkait erat dengan konsumerisme,
yang menjadi kekuatan penggerak ekonomi global. Pendidikan diarahkan untuk
meningkatkan daya beli siswa, dengan iming-iming bahwa pendidikan yang lebih
tinggi akan menghasilkan pendapatan yang lebih besar untuk konsumsi.
Konsumerisme menempatkan penekanan pada konsumsi barang dan jasa
sebagai jalan menuju kebahagiaan dan kemajuan individu. Meskipun banyak nilai
agama menolak keinginan materialistik, ideologi konsumerisme terus menyebar
secara global, didorong oleh pertumbuhan pasar dan globalisasi.
Globalisasi pendidikan telah memperkuat Human capital ideology dan
konsumerisme, yang menempatkan pendidikan sebagai sarana untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi dan konsumsi yang lebih tinggi. Namun, munculnya paradigma
pendidikan yang lebih berkelanjutan dan berorientasi pada kebahagiaan
menawarkan alternatif yang menarik.
Salah satu kritik terhadap Human capital ideology adalah bahwa
fokus pendidikan pada kebutuhan ekonomi mungkin tidak selalu sesuai dengan
realitas pasar kerja. Penelitian menunjukkan bahwa tidak selalu ada cukup
pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi, dan bahwa pemikiran pendidikan
sebagai investasi ekonomi tidak selalu berdampak positif pada lulusan.
Kritikus juga menyoroti bahwa pengukuran produktivitas dalam
pendidikan seringkali tidak memperhitungkan aspek-aspek kualitatif dari
pembelajaran, dan bahwa pendekatan standar pengukuran dapat mengabaikan
kebutuhan individual siswa.
Selain itu, kebijakan pendidikan global yang didorong oleh Human capital ideology dapat mengabaikan keberagaman budaya dan konteks lokal, mengarah pada homogenisasi pendidikan secara global.
Bank Dunia memainkan peran penting dalam mendukung pendidikan di
negara-negara berkembang, dengan pendekatannya yang didasarkan pada keyakinan
bahwa investasi dalam pendidikan adalah kunci untuk pembangunan ekonomi. Namun,
pendekatan ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang komodifikasi pendidikan
dan penetrasi pasar dalam sektor pendidikan global.
Organisasi global seperti WTO telah membuka pintu bagi perdagangan
bebas dalam layanan pendidikan, yang memungkinkan perusahaan pendidikan
berorientasi keuntungan untuk memperluas operasi mereka secara global. Hal ini
menimbulkan kekhawatiran tentang penurunan keberagaman budaya dan pengaruh
pasar dalam pendidikan.
Globalisasi pendidikan telah membawa Human capital ideology dan
konsumerisme ke dalam pusat perdebatan tentang peran pendidikan dalam
masyarakat. Meskipun pendekatan ini menawarkan potensi pertumbuhan ekonomi,
kritik-kritik mengenai dampaknya terhadap siswa, keberagaman budaya, dan
pembangunan berkelanjutan menyoroti kompleksitas dan tantangan dalam menerapkan
ideologi ini secara global. Mungkin saatnya bagi pendidikan global untuk
memperhitungkan kepentingan siswa dan masyarakat secara lebih luas, dengan
fokus pada keberlanjutan, keadilan, dan kebahagiaan.
Kesimpulan: Hidup Lama dan Bahagia (Kesimpulan asli dalam jurnal)
Human capital ideology mendominasi wacana pendidikan global. Human capital ideology mendukung kebijakan pendidikan yang akan memaksimalkan
keuntungan bagi bisnis pendidikan. Human capital ideology mendukung perusahaan
pengujian dan industri pendidikan bayangan karena penekanannya pada pengujian
berbasis standar tinggi untuk mempromosikan dan menyortir siswa untuk karier
dan pendidikan tinggi serta untuk mengevaluasi guru dan administrator sekolah.
Dengan sekolah memberikan tekanan pengujian pada siswa, orang tua bersedia
mengeluarkan uang ekstra untuk industri pendidikan bayangan. Akibatnya, sistem
pendidikan bayangan dan perusahaan pengujian multinasional tertarik pada
penerimaan masyarakat terhadap Human capital ideology dan legitimasi sistem
sekolah yang didorong oleh penilaian.
Dalam Paradigma Baru untuk Sistem Sekolah Global:
Pendidikan untuk Hidup Lama dan Bahagia, saya telah menawarkan alternatif untuk fokus global saat ini pada pendidikan Human capital dan konsumerisme. Saya mengusulkan bahwa kebijakan sekolah dievaluasi berdasarkan kontribusinya terhadap kondisi sosial yang memberikan kondisi untuk kebahagiaan dan umur panjang manusia daripada dinilai berdasarkan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi dan pendapatan. Ada banyak penelitian internasional tentang kondisi sosial yang mempromosikan kebahagiaan dan umur panjang. Karya saya mewakili satu upaya untuk mencoba mengubah pemikiran tentang kebijakan pendidikan.
Sumber:
Spring, J. (2012). Globalization of education. International Journal of Chinese Education, 1(2), 139-176. SAGE Journals.
Note:
Silahkan tulis pertanyaan atau insight di kolom komentar ya :)
Terima kasih.
1 komentar
What should we do so that education focuses on reason and noble values, instead of focusing on finding work?
BalasHapusAnd how do you think we can break 'education for consumerism'?